Nama Kelompok :
1. Arif Sujatmiko
(11111147)
2. Desna Rahmawati
(11111895)
3. Fahmi Arif
(17111808)
4. Muhammad Yusuf
(15111014)
5. Putri Harwindani
(15111645)
6. Rizky Dwi Hartati (16111373)
7. Yogga Faradiantoro
(18111070)
KELAS : 2KA19
SISTEM
INFORMASI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca .
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendaahuluan
Pendapatan Nasional, Peertumbuhan
Ekonomi dan Perekonomian Tertutup
sederhana
A.
Pendapatan
Nasional
B.
Peertumbuhan
Ekonomi
C.
Perekonomian
Tertutup sederhana
Bab II Analisis
Pendapatan Nasional Untuk Perekonomian Tertutup Sederhana dan
Pertumbuhan
Ekonomi
1. Model anlalisis dengan variabel investasi dan
tabungan
1.1. Tabungan
1.2.
Investasi
2. Angka Pengganda
Bab III Hubungan Antara Pertumbuhan
Ekonomi Inflasi dan Pengangguran
Berita terakhir
terkait tema
Kesimpulan
Penutup
Daftar Pustaka
BAB I
Pendahuluan
Alat ukur
keberhasilan perekonomian suatu Negara adalah adanya peningkatan pendapatan
Negara tersebut. Alat ukur yang digunakan saat ini untuk menghitung jumlah
kuantitatif pendapatan suatu Negara adalah Produk Nasional Bruto / Gross
National Poduct (GDP). GDP sendiri lebih ditujukan untuk mengukur angka
kemakmuran material masyarakat. Karena menurut Adam Smith, kemakmuran
suatu bangsa bukanlah diukur dari
banyaknya logam mulia/jumlah kekayaan yang dimiliki suatu Negara, tapi jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat dari Negara tersebut.
Pendapatan
Nasional, Peertumbuhan Ekonomi dan Perekonomian Tertutup sederhana
Sebelum
membahas pendapatan nasional untuk perekonomian tertutup sederhana dan
pertumbuhan ekonomi, akan didefinisikan terlebih dahulu tentang pendapatan
nasional, pertumbuhan ekonomi dan Perekonomian Tertutup sederhana .
A. Pendapatan
nasional
adalah
jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di
suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya
selama satu tahun.
Berikut
adalah beberapa konsep pendapatan nasional
-
Produk
Domestik Bruto (GDP)
Produk
domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang
dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun.
-
Produk
Nasional Bruto (GNP)
Produk
Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa
barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama
satu tahun
-
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan
Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut
jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor
produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung.
-
Pendapatan
Perseorangan (PI)
Pendapatan
perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun
-
Pendapatan
yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan
yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk
dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi
tabungan yang disalurkan menjadi investasi.
B. Pertumbuhan ekonomi
Adalah
proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan
menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk
ukuran nasional, Gross National Product (GNP), tahun yang sedang berjalan
dengan tahun sebelumnya.
C. perekonomian tertutup sederhana
Perekonomian
tertutup ialah perekonomian yang tidak mengenal hubungan ekonomi dengan Negara
lain.
Sederhana ialah tidak mengenal adanya
transaksi ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah .
BAB II
Analisis
Pendapatan Nasional dengan Perekonomian Tertutup Sederhana Dua Sektor
Dalam
perekonomian tertutup sederhana.sektor yang terlibat adalah rumah tangga (pihak
konsumen) dan perusahaan atau pihak swasta (sebagai produsen) tanpa campur
tangan pemerintah baik berupa pungutan pajak, pembayaran transfer pemerintah
ataupun yang berbentuk pengeluaran konsumsidan tidak berhubungan dengan
perekonomian internasional baik ekspor maupun impor.
Terdapat dua
model analisis perekonomian tertutup sederhana yaitusebagai berikut :
1. Model anlalisis dengan variabel
investasi dan tabungan
Pada model ini, muncul dua
aktifitas ekonomi yang baru yaitu, tabungan dan investasi. Tabungan rumah
tangga dianggap kebocoran dalam arus melingakar, karena dapat mengurangi
kemampuan dari pendapatan secara riil apabila digunakan untuk kegiatan lain
seperti konsumsi. Namun Tabungan tersebut tidaklah dianggap kebocoran apabila
digunakan sebagai investasi.Tabungan yang semula mengurangi pendapatan
nasional, apabila digunakan sebagai investasi dapat disebut injeksi, karena
Investasi dapat menambah pendapatan nasional.
1.1. Tabungan
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam ekonomi makro,
tabungan adalah pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk kegiatan
konsumsi.
Kita dapat mengetahui hubungan tabungan dengan pendapatan
nasional dengan menggunakan fungsi tabungan.Fungsi tabungan adalah suatu fungsi
yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dan pendapatan
nasional dalam perekonomian.
S = -a + (1-b)Y
keterangan :
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat
pendapatan nasional = 0
b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)
C = tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional
1.2. Investasi
Investasi yang lazim disebut sebagai penanaman modal
merupakan pengeluaran perusahaan untuk
membeli barang-barang dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang/jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pada
prakteknya, pencatatan nilai penanaman modal dilakukan dalam satuan tahun. Yang
termasuk investasi adalah sebagai berikut :
Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri perusahaan.
Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.
Pertabahan nilai stok barang-barang yang belum terjual,
bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
penghitungan pendapatan nasional.
Dalam perekonomian
tertutp, perhitungan pendapatan keseimbangan 2 sektor terdiri dari variabel
konsumsi (C) dan investasi(I).
Y = C + I
รจ (C = a + by)
Y = (a + by) + I
Y = a + by + I
Y – by = a + I
(1 – b)Y = a + I
Y = a + I/1 – b
Contoh: Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C)
= 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka besarnya pendapatan nasional
dengan pendekatan 2 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = (a + I)/(1 – b)
= (20 + 10)/(1– 0,75)
= 30/0,25
= 120 milyar rupiah
2.
Angka Pengganda
Angka pengganda atau multiplier adalah hubungan kausal antara
variabel tertentu dengan variabel pendapatan nasional. Jika angka pengganda tersebut memepunyai
angka yang tinggi, maka dengan
perubahanyang terjadi pada variabel tersebut akan memengaruhi angka terhadap
tingkat pendapatan nasional yang besar juga, dan sebaliknya. Perubahan
pendapatan anasional itu ditunjukan oleh suatu anagka pelipat yang disebut
dengan koefisien multiplier.
Proses multiplier
adalah adanay perubahan pada variabel investasi menyababkan
pengeluaran agregat menjadi berubah. Namun dari keseombangan pendapatan
nasional tidak sebesar pertambahan investasi tersebut.
Rumus :
Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 +
0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka pendapatan keseimbangan sebesar
120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka pendapatan sekarang
adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang =
Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120
+ 8 = 128 milyar rupiah
BAB III
Hubungan
Antara Pertumbuhan Ekonomi Inflasi dan Pengangguran
Jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang
tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah
pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan
mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan.
Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen
(tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan.
Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga
Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat
harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Ada tiga jenis inflasi yaitu:
1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation)
3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation).
Tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan
salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi
suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang
terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun.
Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen
dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjutnya tingkat inflasi yang
berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi.
Didasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati
hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Dari hasil
pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan tingkat
pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan rendah.
Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.
Kurva Philip
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di
Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap
tahunnya.
Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan
dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi.
Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu
dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti
menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of
unemployment).
Untuk menggambarkan kurva Phillips di Indonesia digunakan
data tingkat inflasi tahunan dan tingkat pengangguran yang ada. Data digunakan
adalah data dari tahun 1980 hingga tahun 2005. Berdasarkan hasil pengamatan
dengan data yang ada, maka kurva Phillips untuk Indonesia terlihat seperti
gambar berikut :
Kurva Phillips untuk Indonesia
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan
antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi
merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya
permintaan agre-gat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik
maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi
permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah
tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan
output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya
harga-harga (inflasi) maka, pengangguran berkurang.
Menggunakan pendekatan A.W.Phillips dengan menghubungkan
antara pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus Indonesia kurang tepat.
Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan inflasi di
Indonesia dari tahun 1980 hingga 2005, ternyata secara statistik maupun grafis
tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan tingkat pengangguran.
Berita
terakhir terkait tema
Inflasi dari
BBM Turunkan Kesejahteraan 80% Rakyat
JAKARTA -
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium sebesar 1.500 rupiah
menjadi 6.000 rupiah per liter bisa menyulut tambahan inflasi 3,5 persen dari
target inflasi 2012 sebesar 5,6 persen. Hal itu membuat potensi laju kenaikan
harga barang dan jasa tahun ini mencapai 9,1 persen.
Kenaikan
harga BBM akan membuat pertumbuhan ekonomi negatif karena target tahun 2012
mencapai sekitar 6,5 persen. Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari inflasi
akan menurunkan kesejahteraan 80-90 persen rakyat yang daya belinya sangat
rentan dengan kenaikan harga barang dan jasa.
Pengamat
ekonomi dari Universitas Atmajaya, Jakarta, Agustinus Prasetyantoko,
memperkirakan jika pemerintah jadi menaikkan harga BBM jenis premium dan solar
hingga 1.500 rupiah, infl asi akan menyentuh angka 7-8 persen. Itu artinya,
inflasi lebih besar dari pertumbuhan ekonomi tahun ini yang ditargetkan 6,5
persen.
“Dalam
kondisi nega tive growth, daya beli masyarakat menurun, dan itu
tentunya
berimbas pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat
kelas menengah ke bawah,” ujar dia, di Jakarta, Jumat (9/3). Skenario lain
menyebutkan tambahan inflasi yang dipicu kenaikan BBM bisa mencapai 3,5 persen
sehingga inflasi menjadi 9,1 persen.
Padahal,
lanjut Prasetyantoko, daya beli masyarakat selama ini menjadi penopang
pertumbuhan ekonomi. Produk domestik bruto (PDB) lebih dari 50 persen disumbang
oleh konsumsi domestik. “Untuk itu, butuh mekanisme fiskal untuk mempertahankan
daya beli masyarakat,” jelas dia.
Pengamat
ekonomi, Yanuar Rizky, menambahkan kenaikan harga BBM tidak hanya memukul kelompok
masyarakat bawah, tetapi juga kelompok menengah tengah. Bahkan, sekitar 90
persen masyarakat Indonesia akan menurun daya belinya. “Kalau kelompok
masyarakat bawah yang masuk skema BLT (Bantuan Langsung Tunai), BBM naik atau
tidak, mereka sudah terganggu daya belinya,” ujar dia.
Yanuar
mengakui pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini cukup tinggi, sekitar 6,5
persen, dari target awal APBN 2012 sebesar 6,7 persen sebelum diturunkan
menjadi 6,5 persen. Akan tetapi, kontribusi pertumbuhan bukan dari kegiatan
ekonomi rakyat, melainkan dari sektor keuangan.
“Taruhlah
kombinasi pelaku pasar modal dan perbankan 10 persen. Jadi sebetulnya 90 persen
masyarakat rentan terkena dampak kenaikan BBM ini. Kalau 10 persen sisanya,
mereka bisa hidup dari transaksi keuangan,” tegas dia.
Ia
mengingatkan pemerintah semestinya mencermati fakta bahwa kelompok masyarakat
mampu yang lebih tahan dengan dampak inflasi dari kenaikan harga BBM sebenarnya
sangat sedikit dibandingkan total penduduk 240 juta jiwa. “Yang jelas, dampak dari
kenaikan harga BBM ini bakal menyebar ke mana-mana,” jelas Yanuar.
Efisiensi
Anggaran
Pengamat
ekonomi dari Universitas Indonesia, Aris Yunanto, menilai pola
yang terjadi
di Indonesia selama ini adalah laju inflasi terdorong oleh pertumbuhan ekonomi.
Namun, yang terjadi sekarang adalah inflasi terjadi lebih dahulu dibanding
pertumbuhan.
Aris
mengingatkan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM merupakan pelajaran bagi
pengelolaan anggaran. Pertama, dalam perencanaan anggaran. Kedua, efisiensi
belanja pemerintah. Ketiga, pemerintah harus mampu meningkatkan produksi minyak
dan gas dan tengah terus meningkatnya kebutuhan BBM.
Bahkan,
pemerintah kerap memberikan terminologi yang salah soal subsidi BBM. Faktanya,
biaya produksi BBM di Indonesia lebih rendah dari harga jual sehingga tidak ada
unsur subsidinya. Bahkan, harga premium 6.000 per liter sejatinya setara dengan
harga minyak 104 dollar AS per barel.
Dengan
demikian, tidak ada lagi subsidi negara. Aris juga menilai pemerintah tidak
berkutik sehingga mengurangi hak rakyat mendapatkan fasilitas negara, namun
memosisikan diri tidak berdaya untuk menekan penambahan utang. Dalam APBN-P
2012, pembayaran utang pokok dan bunga utang mencapai total 170 triliun rupiah.
Menurut
Yanuar, ancaman APBN yang kolaps jika tanpa menaikkan harga BBM, terjadi akibat
desain kebijakan anggaran salah sejak awal. Pemerintah tidak memiliki manajemen
risiko untuk mengatasi gejolak harga minyak dunia. Karena itu, sangat tidak
adil kalau kesalahan pemerintah ini dibebankan pada rakyat.
Kesimpulan
Dengan kita mengetahui analisis pendapatan nasional untuk
perekonomian tertutup sederhana dan pertumbuhan ekonomi, kita dapat mengetahui
bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu Negara didapat dari beberapa faktor-faktor
yang saling berhubungan
yang mempengaruhi pendapatan nasional, dan dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut mungkin kita bisa melakukan hal-hal yang dapat memajukan
Negara kita sendiri untuk lebih berkembang dan lebih maju lagi. Karena
menentukan perekonomian maju atau tidak itu adalah kita sendiri sebagai warga
Negara, dan apakah Negara kita akan bisa maju atau tidak.
Penutup
Demikian makalah yang telah kami selesaikan, mungkin
dalam makalah kami masih banyak sekali kekurangannya. Kami juga membutuhkan
kritik dan saran kepada pembaca sekalian, supaya kami bisa lebih mempelajari
lagi dari makalah yang telah kami buat dan semoga kami bisa memperbaikinya. Dan
semoga makalah kami ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Daftar Pustaka